Visual & Volume Trick (Dari Es Teh ke Layanan Sekolah)
Gelas es teh ini terlihat besar. Diameternya lebar, memanjang ke bawah. Namun jika diamati lagi, gelas ini kecil saja. Memang memanjang ke bawah, tapi kemudian lingkar diameternya menyempit.
Jika sang pedagang memajang gelas ini dalam posisi mulut gelas terlihat calon pembeli, hampir bisa dipastikan calon pembeli tertarik. Dua ribu lima ratus atau tiga ribu rupiah bisa beli es teh sebanyak ini? Gas!!!
Sebutlah ini visual trick. Harfiahnya diterjemahkan sebagai tipuan mata. Terdengar negatif dan jahat tapi tidak juga.
Karena produk yang akan dibeli terlihat mata. Bahkan calon pembeli bisa menyentuh dan mengamati. Penjual juga tidak menghalangi.
Penjual hanya menggunakan pengetahuannya tentang kapasitas mata. Sebagaimana diketahui, mata bisa salah menerjemahkan keadaan. Fatamorgana satu contoh yang paling sering diangkat.
Nah, penjual sah-sah saja bertindak seperti ini. Karena ini termasuk memanfaatkan pengetahuan. Maka visual trick bisa diterjemahkan sebagai kecerdasan memanfaatkan visual mata manusia.
Next...
Isi gelas es teh terdiri dari es batu dan air teh manis. Tidak bisa dipastikan berapa persen air teh manis, hanya bisa dikatakan cukup kecil. Mungkin sekitar sepertiga gelas saja.
Apa isi terbesar? Betul, es batu.
Konsekuensinya...
Pertama, pembeli bisa kecewa. Baru berapa sedotan, air teh manis sudah habis. Rasa puas belum hadir.
Maka konsekuensi keduanya, pembeli mungkin akan beli lagi, mungkin juga tidak. Tergantung uang yang ada. Dan jangan lupa, jengkel di hati bisa berbisik. Karena pembeli harus beli lagi dan lagi.
Ketiga, es ditunggu untuk cair. Harapannya manisnya sama dengan sedotan pertama. Tapi ini sulit sekali terjadi. Akibatnya pembeli membuang gelas es teh segera.
Keempat, dalam beberapa jualan, air teh terlalu encer. Pemanis buatan semakin memperburuk rasa. Bisa ditebak, pecinta teh sejati tidak akan beli kembali teh dengan rasa selevel ini. Dan bisa ditebak pula, ia tidak akan merekomendasikannya kepada orang terdekatnya.
Kelima, kompetitor-kompetitor baru mudah tercipta. Omset bisa menurun. Aneka strategi baru penting untuk dipikirkan penjual.
Demikian volume trick-nya.
Visual and Volume Trick dalam Layanan Sekolah
Visual and Volume Trick dalam Layanan Sekolah
Gedung sekolah bisa terlihat sangat bagus. Arsitekturnya kekinian. Catnya menarik, keren. Visualnya masuk.
Masuklah pengunjung ke gedung sekolah. Sekuriti menyapa hangat. Front office juga tidak kalah charming.
Bertemulah pengunjung dengan guru-gurunya. Kesan inspiratif langsung terasa. Para guru sangat baik dalam mengelaborasi berbagai topik terkait pendidikan.
Kemudian pengunjung mengikuti forum walimurid bersama pengelola sekolah. Pengurus yayasan juga hadir. Tercerahkan, rasa terkuat di hati saat mengikuti forum ini.
Pengelola sekolah, juga pengurus yayasan, memaparkan poin-poin secara sistematis sekaligus holistik. Kajian keagamaan, regulasi, dan juga analisis data disajikan integratif. Lahirlah keyakinan untuk mengikuti kebijakan-kebijakan sekolah.
Sebelum pengunjung meninggalkan sekolah, ia sempat melihat pembelajaran. Banyak pemandangan menarik. Di satu kelas murid-murid menyimak penjelasan guru dengan baik. Di kelas lain murid-murid terlibat dalam diskusi kelompok. Di kelas lain, proyek sedang dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Guru-guru di semua kelas terlihat mendampingi dengan efektif.
Terasa sekali ada kesatuan antara keindahan visual gedung sekolah dengan kualitas aktivitas dan manusia-manusia di dalamnya.
Keindahan visual gedung sekolah terasa tidak tricky. Kemasan visual yang baik dilengkapi dengan sisi humanisnya. Kuatlah hati menerima.
Akan terasa tricky jika gedung sekolah baik, tapi aktivitas dan manusia di dalamnya tidak berkualitas. Rasanya hambar, bahkan sedikit tertipu. Visual tricky terasa hadir.
Lebih jauh, secara kuantitas, aktivitas-aktivitas yang ada sudah terbilang padat. Volume kegiatan persekolahan bisa dibilang cukup. Namun outcome-nya jauh dari janji pengelola sekolah yang telah disosialisasikan.
Pengelola sekolah kurang kompeten dalam mewujudkan standar mutu sekolah. Sepadat itu kegiatan persekolahan, standar mutu sekolah belum terdekati. Volume trick menyelimuti pikiran.
Dengan demikian perbaikan visual dan volume kegiatan persekolahan sangat perlu disertai peningkatan kualitas pengelolanya. Ringkasnya lahir dan batin ditingkatkan sejalan. Karena bagaimanapun, manusia memiliki unsur lahir serta batin. Keduanya perlu dipenuhi kebutuhannya.
Wallah a'lam.
Post a Comment