Rejuvenasi Konstruksi Keilmuan
Sudah agak lama Data Science lahir. Namun belum semua perguruan tinggi merespon dengan membuka fakultas atau jurusannya. Beberapanya mungkin mengadakan seminar atau pelatihan. Sementara itu sejumlah lembaga kursus online telah memulai, gercep istilah zaman sekarang.
Dalam konteks keilmuan, satu hal menarik dari Data Science yakni gabungan dari tiga cabang ilmu. Menariknya lagi, nama yang dilahirkan bersifat baru. Padahal masih dapat diingat sejumlah cabang ilmu hasil gabungan semisal Geopolitik, gabungan dari Geografi dan Politik.
Lalu apa urgensinya kepada dunia persekolahan terutama tingkat dasar hingga menengah?
Pertama, para pendidik perlu memahami bahwa ada pergerakan yang sangat cepat di dunia keilmuan. Dunia keilmuan tidaklah lagi seperti dulu. Dalam hal ini sangat baik jika para pendidik mengikuti isu-isu terbaru, bahkan melakukan prediksi-prediksi.
Kedua, para pendidik perlu memahami pola pergerakan di dunia keilmuan. Bahwa pergerakannya tidaklah selayak keilmuan konvensional yang cenderung linear, tapi random penuh disrupsivitas. Terbukti dalam Data Science, ada tiga cabang ilmu yang bergabung dan memunculkan kebaruan. Tidak hanya gabungan utama, ada gabungan yang bersifat parsial yakni gabungan dua cabang ilmu dari tiga cabangnya.
Ketiga, pemahaman pendidik terhadap perkembangan pergerakan keilmuan menjadi dasar terhadap desain pembelajaran. Pada konteks Data Science, korelasi antarcabang ilmu menjadi penting. Sehingga pembelajaran berbasis mata pelajaran semata kurang relevan. Pembelajaran tematik dan proyek lintas mapel mungkin lebih dipertimbangkan.
Keempat, profil guru sinergis diperlukan. Karena sinergitas pada diri guru lebih memungkinkan terjadi aneka sinergi di ruang kelas. Selanjutnya sinergi di ruang kelas memungkinkan murid memiliki profil sinergis. Ke depan semoga murid menjadi terbuka pada kebaruan-kebaruan bahkan siap berkolaborasi dalam kebaikan dengan berbagai elemen.
Kelima, pendidik perlu memahami bahwa semangat sinergi dibangun melalui tahapan-tahapan. Steven Covey menggambarkan ada lima tahapan sebelum mencapai tingkatan sinergis. Konsekuensinya perlu pendidik mengimplementasikan tahapan-tahapan tersebut di kelas. Agar murid menikmati mental journey mereka.
Keenam, dalam membangun keilmuan, murid perlu memiliki disiplin pemikiran. Sementara disiplin pemikiran dibangun salah satunya oleh literasi yang konsisten. Nah, pendidik memiliki peranan penting dalam membangun konsistensi literasi ini.
Ketujuh, pendidik perlu mewaspadai dan mengantisipasi pengaruh filsafat dalam pembangunan berpikir murid. Semisal filsafat postmodernisme yang mendekonstruksi berbagai kemapanan otoritas termasuk otoritas keilmuan. Padahal dekonstruksi otoritas keilmuan bisa menimbulkan masalah besar.
Kedelapan, sebagaimana disebutkan, postmodernisme dan juga isme lainnya berkemungkinan lahir atas trauma. Maka alangkah baiknya jika lembaga pendidikan mengondisikan agar psikologis murid tidak mengalami trauma.
Melebar, sinergitas ilmu sudah lama membudaya dalam tradisi ilmiah Islam. Dalam memahami, mengomentari, serta mengembangkan satu keilmuan, para ulama tidak menggunakan satu cabang ilmu. Sejumlah cabang ilmu digerakkan bersamaan. Sekedar contoh ilmu tafsir memerlukan penguasaan bahasa Arab serta sejumlah cabang ilmu lain. Sementara itu bahasa Arab tidaklah cabang ilmu tunggal, tapi bercabang-cabang lagi. Sub cabang masih banyak.
Oleh karena itu para ulama biasanya tidak hanya ahli satu cabang ilmu, tapi lintas. Kedalamannya pun tidaklah dangkal. Jempol tangan dan kaki tidaklah cukup mengekspresikan kekaguman.
Dengan demikian para pendidik muslim hendaklah tidaklah gagap. Bahkan para pendidik muslim didorong untuk menggali kembali tradisi-tradisi keilmuan Islam, salah satunya sinergitas keilmuan.
Ini tugas sulit, harus diakui. Karena sebagian pendidik muslim sudah dikondisikan untuk berpikir parsial, bahkan sekuler. Sistem dan budaya pendidikan selama ini telah mengakar.
Bagaimanapun tugas berat ini perlu dimulai para pendidik muslim. Bukan sekedar berat, tapi mungkin berwaktu panjang. Kesabaran diperlukan, begitupun transfer pemahaman berkesinambungan.
Wallah a'lam.
Post a Comment