Tetap Baik di Media Sosial
Media sosial salah satu bagian kehidupan modern yang sulit dilepaskan. Begitu banyak ragam platform. Jumlah pengguna platform masing-masing juga tidak dapat dianggap remeh.
Persoalan yang kemudian muncul adalah
keberagaman konten. Ada konten yang mencerdaskan, ada yang tidak. Ada konten
yang sopan, kurang sopan, bahkan jauh dari sopan.
Demikian pula respon yang
ditunjukkan, ada yang sopan, jenaka, dan tidak sopan. Bahkan cacian dengan nama
binatang sering dituliskan. Terasa jauh situasi yang nyaman, saling menghargai
keberagaman.
Dalam hal ini, kiranya perlu seorang muslim menimbang konten dan respon yang dimunculkannya di media sosial. Karena bagaimanapun setiap yang keluar dari diri seorang muslim akan ada hisabnya kelak. Bahkan beberapa kasus hukum duniawi berawal dari media sosial, tidak menunggu waktu yang lama.
Kesadaran bahwa setiap sesuatu yang
dilakukan akan dihisab ini penting. Ini menjadi kendali. Sehingga wajar jika
seorang muslim dituntun untuk mengambil yang baik, mengeluarkan yang baik pula.
Dalam konteks media sosial, hendaklah ia membaca dan menyaksikan yang baik untuk
kemudian menghasilkan kebaikan pula.
Memang godaan menyaksikan keburukan
begitu kuat. Mungkin diawali dari gurauan dan seorang muslim menyepelekannya.
Lalu ia mengikuti gurauan itu. Tak terasa gurauan itu bermuara pada keburukan.
Sementara ia sudah terlanjur jatuh, tak bisa keluar lagi dari kubangan yang mengurungnya.
Mungkin juga diawali iseng, seorang
muslim menyusuri hal-hal yang buruk. Ia anggap semuanya akan baik-baik saja.
Namun, semuanya tidak sama dengan apa yang dipikirkan. Ternyata akhir dari
perjalanan iseng tidak baik. Buruknya lagi, ikatannya begitu kuat.
Di sinilah butuh seorang muslim
waspada. Bukan hanya waspada satu lapis, tapi berlapis-lapis. Ia perlu waspada
dengan diri sendiri. Bisa jadi ia tidaklah sekuat yang dibayangkan. Ia juga
perlu waspada dengan gurauan, ajakan, bahkan kampanye terbuka. Kualitas agama
harus dijaga, jangan sampai melesat turun secara tajam.
Di sisi lain, komunitas saling
menasehati penting. Bagaimanapun berjalan bersama, insya Allah, lebih aman. Mungkin
terasa aneh ada nasehat untuk muhasabah diri dan bijak bermedsos, tapi semua
penting. Semoga kualitas agama tetap terjaga.
Kadang nasehat itu perlu dikemas
dalam kemasan menarik, kadang tidak. Tidak semua pihak bisa mengemas. Yang
justru penting adalah kesadaran setiap muslim, nasehat itu penting. Kapanpun
datang, baik jika nasehat disimak.
Mungkin satu nasehat tidak terasa
aplikatif saat tersebut, tapi tetap baik untuk disimpan. Paling tidak,
menyimpan nasehat semisal pupuk. Semoga hati jadi subur. Allah ta’ala terasa
dekat.
Jika sudah demikian, media sosial apapun akan menjadi sarana kebaikan. Ada kebaikan silaturahmi, saling berbagi info dan pengetahuan, serta lainnya. Keburukan jadi minimal.
Inilah ‘tangan emas’ muslim. Apapun yang dikaruniakan Allah ta’ala bisa jadi kebaikan. Manfaatnya tidak hanya untuk orang-orang muslim saja, tapi meluas. Dunia secara keseluruhan dapat merasakannya. Wallahu a’lam. (Dufo Abdurrahman)
Post a Comment