Jalan Kemuliaan Hakiki
Allah ta’ala paling mulia. Tidak ada dan tidak akan
ada yang bisa menandingi atau mengungguli-Nya. Ini tetap, tidak akan ada
perubahan sedikitpun.
Bahkan sejatinya pihak-pihak selain Allah ta’ala, para
makhluk-Nya, berada pada derajat yang rendah. Derajat mereka sangat jauh dari
derajat-Nya. Hampir tidak ada bahasa dan simbol yang bisa menjelaskan jauhnya
kedua derajat ini. Karena kedua pihak sangat kontras, antara pihak yang sangat
lemah dengan pihak yang maha segalanya. Tak ada batas kekuasaan bagi-Nya.
Sehingga para makhluk tidak akan mulia kecuali dengan
mendekati Allah ta’ala. Tidak ada jalan lain. Jika ada jalan yang menjanjikan
kemuliaan, namun menjauh dari-Nya, jalan itu tipuan. Kemuliaan yang dijanjikan
dusta. Di baliknya bisa jadi ada kehinaan.
Persoalannya para makhluk, terutama manusia, kadang
memiliki pengetahuan yang terbatas. Sehingga tipuan yang ada tidak bisa
disebak. Terus saja tipuan itu dititi.
Oleh karena itu, para nabi dan rasul diutus. Mereka
mengingatkan manusia tentang berbagai tipuan. Selain itu, mereka mengajari
manusia jalan untuk mendekati-Nya.
Semakin keras upaya manusia meniti jalan kedekatan kepada Allah ta’ala, peluang dekat dengan-Nya semakin besar. Sebaliknya, semakin lemah upaya manusia, peluangnya semakin kecil. Ada tingkatan kedekatan sesuai dengan tingkatan upaya yang telah dilakukan.
Dengan demikian, satu sisi, pernyataan bahwa umat
manusia bertingkat-tingkat bisa diterima. Manusia yang mendekati Allah ta’ala
dengan upaya maksimal tidak sama dengan manusia yang berupaya biasa-biasa,
apalagi asal-asalan. Bagaimanapun upaya yang telah dilakukan perlu mendapat
pengakuan bahkan penghargaan.
Penghargaan yang diberikan bisa berupa penghormatan.
Kepada mereka yang telah berupaya maksimal di jalan Allah ta’ala, adab dan
sopan santun perlu dijaga. Kekurangajaran perlu dihindarkan.
Semakin adab dan sopan santun dijaga, seseorang yang
menjalankannya semoga diberikan derajat yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Karena menghormati orang yang dekat dengan penguasa memiliki makna menghormati
penguasa itu sendiri. Semakna, menghormati manusia yang dekat dengan Allah
ta’ala memiliki makna menghormati-Nya.
Terkadang orang yang dekat dengan-Nya terlihat tidak menarik. Hiasan dunia tidak terlekat sedikitpun. Namun tetap prioritas penghormatan menjadi miliknya. Karena hakikat kemuliaan telah digenggam.
Wallahu a’lam.
Post a Comment