Teladan Nabi Ibrahim Jadikan Shalat sebagai Doa Utama
NABI Ibrahim (Alaihissalam) meninggalkan Hajar istrinya dan Ismail anaknya yang masih bayi, setelah istrinya paham bahwa ini perintah Allah. Ada keyakinan bahwa Allah tidak akan pernah menelantarkan hamba-Nya.
Nabi Ibrahim pergi dengan sedikit tenang. Dan, untuk lebih meyakinkan ketenangannya, di sebuah bukit Nabi Ibrahim memanjatkan munajatnya kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Doa Nabi Ibrahim banyak diabadikan oleh Allah dalam al Qur’an, artinya doanya memang istimewa dan layak untuk diteladani oleh orang-orang beriman umat Nabi Muhammad.
Sebagaimana doa Nabi Ibrahim dalam Surah Ibrahim ayat 37,
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“Wahai Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian dari zuriat keturunanku di sebuah lembah (Tanah Suci Makkah) yang tidak tanaman padanya, di sisi rumahMu yang diharamkan mencerobohinya. Wahai Tuhan kami, (mereka ditempatkan di situ) supaya mereka mendirikan sembahyang (dan memakmurkannya dengan ibadah). Oleh itu, jadikanlah hati sebahagian dari manusia tertarik gemar kepada mereka, (supaya datang beramai-ramai ke situ), dan kurniakanlah rezeki kepada mereka dari berbagai jenis buah-buahan dan hasil tanaman, semoga mereka bersyukur”
Doa Nabi Ibrahim ini menarik untuk dicermati. Diawali dengan mengiba, curhat, menyampaikan keprihatinannya meninggalkan anak keturunannya di lembah yang tidak ada kehidupan. Hal itu dibolehkan bahwa seperti itu etika yang benar dalam berdoa. Ada prolognya terkait permasalahan yang dihadapinya, tidak to the point langsung meminta keperluannya.
Curhat, mengiba, dan menyampaikan masalah melalui doa kepada Allah itu menguatkan akidah, mengokohkan jiwa, melapangkan hati, menjernihkan fikiran, dan meringankan beban permasalahan. Berbeda curhat dengan sesama manusia, mungkin lega dan plong tapi menyisakan beban fikiran apalagi kalau disebar-sebar curhatannya.
Kedua, doa Nabi Ibrahim saat meninggalkan istri dan anaknya bukan meminta hal-hal yang sifatnya materi seperti makanan dan minuman. Padahal itu kebutuhan mendesak yang diperlukan istri dan anaknya untuk bisa bertahan hidup berdua di tanah tandus dan tanpa ada orang lain.
Nabi Ibrahim tidak pernah khawatir untuk masalah kehidupan dengan segala pernak-perniknya bagi keluarganya karena Allah pasti akan menjaminnya sehingga tidak menjadi prioritas doanya.
Nabi Ibrahim berdoa yang pertama adalah رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ ( Wahai Tuhan kami, (mereka ditempatkan di situ) supaya mereka mendirikan sembahyang (dan memakmurkannya dengan ibadah). Subhanallah, shalat itu yang menjadi doa pertama dan utama Nabi Ibrahim.
Hal ini selaras dengan pernyataan Nabi Ya’qub saat hendak didatangi malaikat maut, sebagaiaman termaktub pada surat Al Baqarah ayat 133:
أَمْ كُنتُمْ شُهَدَآءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ ٱلْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنۢ بَعْدِى قَالُوا۟ نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ إِلَٰهًا وَٰحِدًا وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”
Para nabi tidak mengkhawatirkan tentang makanan, minuman, dan kehidupan dunia keturunannya tapi masalah ibadah atau shalat sebagai hal yang utama untuk dipastikan terwariskan.
Sehingga bagi kita orang tua yang beriman, pendidikan pendidikan pertama untuk anak-anak adalah masalah shalat, pesan yang utama saat mereka bepergian ke mana saja adalah nasehat untuk tetap shalat.
Doa yang senantiasa juga kita panjatkan untuk anak-anak kita adalah masalah shalat. Lagi-lagi doa nabi Ibrahim tentang masalah ini terekam dalam al Qur’an surah Ibrahim pada ayat 40:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku”
Sedemikian pentingnya masalah ibadah shalat sehingga doa ini terekam dalam al Qur’an. Dalam hadist lain juga banyak disebutkan bahwa shalat itu pembeda antara orang beriman dan orang kafir.
Kelak di hari kiamat, amal pertama yang dihisab adalah masalah kualitas shalat, jika baik maka amal-amal yang lain dianggap baik. Jika shalatnya tidak baik, maka satu persatu amal yang lain dihisab.
Shalat yang baik dan ikhlas akan mencegah melakukan perbuatan keji dan mungkar. Ada lagi hadist dari Rasulullah, yang menekankan perintah dan pendidikan pertama kepada anak umur 7 tahun adalah perintah shalat.
Di hari-hari tasyrik ini, kita harus terus menggali nilai-nilai tarbiyah Nabi Ibrahim. Salah satunya tentang doa utama yang beliau panjatkan adalah tentang keistiqamahan shalat untuk keluarga anak keturunannya.
Inilah sejarah dan fakta, karena ketaatan Nabi Ibrahim dan keluarganya menegakkan ibadah shalat maka mengundang keberkahan yang luar biasa dan daya tarik manusia untuk datang berbondong-bondong ke Makkah.
Sebagai orang tua, mari optimalkan diri memberikan keteladanan yang baik dalam menjalankan perintah shalat. Sehingga ada kemudahan untuk memerintahkan anak dalam melaksanakan shalat.
Sebagai anak-anak yang remaja dan dewasa, mari tetap jaga shalat. Bukti kesholehan dan berbakti kita kepada orang tua dan kehambaan kita kepada Allah adalah istiqamah menegakkan shalat tepat waktu dan berusaha berjamaah di masjid lima waktu. Wallahu ‘alam bishawab.
ABDUL GHOFAR HADI
Sumber : www.hidayatullah.or.id
Post a Comment